KATA
PENGANTAR
Segala
puji bagi Allah yang telah memberikan nikmat dan karunia Nya sehingga makalah
yang berjudul “Teori – Teori Konseling” ini dapat diselesaikan. Makalah ini
disusun dan dibuat sebagai salah satu pelengkap untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teknik Pengubahan Tingkah Laku.
Makalah
ini mencoba menjelaskan tentang teori – teori konseling. Setiap teori yang
dibahas hal – hal yang berkaitan dengan hakikat manusia menurut setiap teori –
teori, kondisi – kondisi bagi diterjadikannya konseling yang efektif.
Dengan
disusunnya makalah ini, semoga dapat bermanfaat dan menambah wawasan bagi
setiap pembaca atau dapat menambah inspirasi dalam melakukan layanan Bimbingan
dan Konseling untuk membantu memecahkan masalah individu
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.........................................................................................
i
KATA
PENGANTAR.......................................................................................
ii
DAFTAR
ISI.....................................................................................................
iii
BAB
I PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang..............................................................................................
1
B.
Rumusan
Masalah.........................................................................................
1
C.
Tujuan Penulisan...........................................................................................
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Definisi
Konseling........................................................................................
3
B.
Teori-Teori Dalam Konseling........................................................................
5
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan...................................................................................................
29
B. Saran.............................................................................................................
30
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................
31
BAB I
PENDAHULUAN
1) Latar Belakang
Konseling
merupakan sebuah penemuan abad ke 20
yang muncul berdasarkan atas tuntutan kompleksitas kehidupan masyarakat.
Dalam proses perjalanan hidup, individu dapat mengalami peristiwa dan situasi
yang menimbulkan masalah yang tidak mungkin dapat diatasinya. Alternatif yang
pada umumnya digunakan untuk mengatasi masalah yang dihadapi individu adalah
membicarakannya dengan keluarga, teman, guru dan ahli agama. Namun, tidak semua
orang yang dijadikan tempat berbagi dan diminta bantuan untuk mengatasi masalah
individu dapat membantu menyelesaikannya sesuai dengan keinginan individu.
Berdasarkan kondisi tersebut konseling merupakan pilihan yang efektif untuk
mengatasi masalah individu.
Di
Indonesia, perkembangan profesi konselor sekolah atau guru bimbingan dan
konseling telah diawali sejak tahun 1960-an. Bimbingan konseling masuk ke dalam
kuriulum sekolah sejak tahun 1965 yang mencantumkan, bahwa pelayanan bimbingan
dan konseling merupakan layanan yang tidak terpisahkan dari keseluruhan system
pendidikan di sekolah.
Sejak
konseling mulai diperkenalkan sebagai sebuah layanan dan pekerjaan, terdapat
banyak sekali definisi dan konsep dasar konseling yang telah dikemukakan oleh
para ahli. Menurut Burks dan Stefflre (1976), konseling merupakan hubungan
professional antara konselor terlatih dan konseli. Konseling didesain untuk
menolong konseli untuk memahami dan menjelaskan pandangan mereka terhadap
kehidupaan, dan untuk membantu mencapai tujuan penetuan diri (self
determination).
Dalam pemberian bimbingan
konseling diperlukan dasar - dasar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam
proses pemberian bimbingan. Prinsip-prinsip yang digunakan untuk mengambil
langkah dengan memperhatikan masalah dari berbagai prespektif atau sudut
pandang tertentu yang biasa disebut dengan teori-teori bimbingan konseling.
Oleh karena itu,dalam makalah ini yang akan dibahas adalah mengenai teori-teori
konseling.
2) Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian, sifat dan fungsi teori dalam Bimbingan Konseling?
2.
Apa
saja macam-macam teori Bimbingan Konseling?
3.
Bagaimana
sejarah lahirnya teori-teori dalam Bimbingan Konseling?
4.
Apa
konsep dasar dari teori-teori dalam Bimbingan Konseling
5.
Apa
tujuan dari teori – teori Bimbingan dan Konseling?
6.
Apa peran
dan fungsi konselor dalam melaksanakan teori – teori dalam Bimbingan Konseling
7.
Apa
saja tekink – teknik dari masing – masing teori ?
3) Tujuan
1.
Untuk
menjelaskan pengertian,sifat dan fungsi teori dalam Bimbingan Konseling.
2.
Untuk
menyebutkan macam-macam teori Bimbingan Konseling.
3.
Untuk
menceritakan sejarah lahirnya teori - teori Bimbingan Konseling.
4.
Untuk
menjelaskan konsep dasar teori – teori Bimbingan Konseling.
5.
Untuk
mengetahui kekurangan dan kelebihan masing-masing teori.
6.
Untuk
menjelaskan peran dan fungsi konselor dalam melaksanakan teori – teori dalam
Bimbingan Konseling
7.
Untuk
menjelaskan tekink – teknik dari masing – masing teori
BAB II
PEMBAHASAN
1)
Pengertian, Sifat, dan
Fungsi Teori
Teori
konseling ialah konseptualisasi atau kerangka acuan berpikir tentang
bagaimana proses konseling berlangsung.Teori juga dapat diartikan sebagai prinsip-prinsip yang dapat
diuji sehingga dapat dijadikan sebagai kerangka untuk pelaksanaan penelitian;
sejumlah proposisi yang terintegrasi secara sintaktik (mengikuti aturan
tertentu) dan digunakan untuk memprediksi dan menjelaskan peristiwa-peristiwa
yang diamati; dan pada umumnya diartikan sebagai suatu pernyataan
prinsip-prinsip umum yang didukung oleh data untuk menjelaskan suatu fenomena.
Teori yang baik adalah teori yang memiliki sifat jelas,
komprehensif, parsimious atau dapat menjelaskan data secara sederhana dan
jelas, serta dapat menghasilkan penelitian yang bermanfaat.
Teori memiliki beberapa fungsi, yaitu memberikan kerangka kerja
bagi informasi yang spesifik, menjadikan hal-hal yang bersifat kompleks menjadi
sederhana, menyusun pengalaman-pengalaman sebelumnya, mensistematikkan
penemuan-penemuan, melahirkan hipotesis-hipotesis, membuat prediksi, dan
memberi penjelasan.
2)
Macam – macam Teori di dalam Bimbingan Konseling
Lahirnya
suatu teori mempunyai kaitan dasar pribadi, sosiologis, dan filosofis. Ciri
khas yang ditampilkan oleh beragam teori sangat dipengaruhi oleh kepribadian
pembuatnya, kehidupan dan lingkungan sekitarnya, serta cara pandang pengarang
dalam berfilsafat. Munculnya teori-teori dalam konseling sendiri bersamaan
dengan awal munculnya Bimbingan Konseling yaitu pada abad ke 20.
Berikut
ini adalah teori – teori dalam Bimbingan Konseling :
A. Teori
Psikoanalisis
a.
Pengertian
Teori Psikoanalisis
Teori
Psikoanalisis merupakan teori kepribadian yang paling komprehensif yang
mengemukakan tentang tiga pokok pembahasan yaitu struktur kepribadian, dinamika
kepribadian, dan perkembangan kepribadian.(Alwisol,2004,p.15). Psikoanalisis
sering juga disebut dengan Psikologi Dalam, karena pendekatan ini berpendapat
bahwa segala tingkah laku manusia bersumber pada dorongan yang terletak jauh di
dalam ketidaksadaran.
Corey (2009) mengatakan bahwa
Psikoanalisis merupakan teori pertama yang muncul dalam psikologi khususnya
yang berhubungan dengan gangguan kepribadian dan perilaku neurotik.
b.
Sejarah
Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis dipelopori oleh seorang dokter psikiatri yaitu
Sigmund Frued pada tahun 1896. Ia mengemukakan pandangannya bahwa struktur
kejiwaan manusia sebagian besar terdiri dari alam ketidaksadaran, sedangkan
alam kesadarannya dapat diumpamakan puncak gunung es yang munculditengah laut.
Sebagian besar gunung es yang terbenam itu diibaratkan alam ketidaksadaran
manusia.
Istilah
Psikoanalisis mula - mula hanya dipergunakan pada hal – hal yang berhubungan
dengan Freud saja. Sampai akhir abad ke – 19, ilmu kedokteran berpendapat bahwa
semua gangguan psikis berasal dari salah satu kerusakan organis dalam otak.
Sejak saat itu, Psikoanalisis menjadi mode yang tersebar luas.
c.
Konsep
Dasar Teori Psikoanalisis
Teori Psikoanalisis memiliki cirri – cirri antara lain :
menekankan pada pentingnya riwayat hidup konseli (perkembangan psikoseksual),
pengaruh dari impuls – impuls genetic (instink), pengaruh energy libido,
pengaruh pengalaman dini individu, dan pengaruh irasionalitas dan sumber –
sumber ketidaksadaran tingkah laku
-
Struktur
atau Organisasi Kepribadian
Frued
memandang bahwa kepribadian manusia tersussun atas tiga system yang terpisah
fungsinya anatara satu dan yang lain, tetapi tetap saling mempengaruhi. Ketiga
system itu dikenal sebagai id, ego, super ego.
v Id : sistem dasar kepribadian ---
libido yang meliputi instink – instink manusia : seks dan agresi. Prinsip
→pemuasan diri
v Ego : tidak dibawa sejak lahir,
tetapi berkembang siring dengan hubungan individu dengan lingkungan. Ego
menghubungkan individu dengan lingkungannya. Prinsip → realitas
v Superego : control internal,
terdiri dari ;
(a) Kata hati : apa yang
seharusnya tidak dilakukan
(b) Ego ideal : apa yang
seharusnya saya menjadi
Prinsip → moral dan kesmpurnaan
Beikut ini adalah table penjelasan
tentang Id, ego, dan Superego :
ID
|
EGO
|
SUPEREGO
|
·
Sistem
asli, asal muasal dari system yang lain
· Berisi insting dan penyedia
energy psikis untuk dapat beroperasinya system yang lain untuk dapat
beroperasinya system yang lain
· Hanya dunia dalam; tidak
berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan mengenai realitas
objektif
|
· Berkembang dari Id untuk
menangani dunia eksternal.
· Memperoleh energy dari Id
· Memiliki pengetahuan baik
mengenai dunia dalam maupun realitas obyektif
|
· Berkembang dari Ego untuk
berperan sebagai tangan – tangan moral kepribadia
· Merupakan wujud internalisasi
nilai – nilai orang tua
·
Dikelompokkan
menjadi dua : conscience (yang menghukum tingkah laku yang salah ), dan Ego
ideal (yang menghadiahi tingkah laku yang benar). Seperti Id,Ego, dan
Superego tidak berhubungan dengan dunia luar, tidak memiliki pengetahuan
mengenai realitas obyektif
|
·
Mengikuti
prinsip kenikmatan (pleasure principle) dan bekerja dalam bentuk proses
primer
· Tujuannya tunggal yakni
mengenali kenikmatan dan rasa sakit sehingga dapat memperoleh kenikmatan dan
menghindari rasa sakit
|
· Mengikuti prinsip realita
(reality principle) dan bekerja dalam bentuk proses sekunder
· Tujuannnya untuk membedakan
antar fantasi dengan realita sehingga dapat memuaskan kebutuhan orgnisme.
Harus dapat mengkoordinasikan kebutuhan Id, Superego dan dunia eksternal.
Tujuan umumnya adalah mempertahankan hidup dan kehidupan jenisnya
(reproduksi).
|
· Mengikuti prinsip conscience dan
Ego ideal
·
Tujuannya
membedakan antara benar dan salah dan
menuntut bahwa diri telah mematuhi ancaman moral dan memuaskan kebutuhan
kesempurnaan
|
·
Mencari
kepuasan insting segera
|
· Menunda kepuasan insting sampai
kepuasan itu dapat dicapai tanpa mengalami konflik dengan Superego dan dunia
eksternal
|
·
Menghambat
kepuasan insting
|
Tidak
rasional
|
Rasional
|
Tidak
rasional
|
·
Beroperasi
di daerah unconscious
|
· Beroperasi di daerah conscious,
preconscious dan unconscious
|
·
Beroperasi
di daerah conscious, preconscious dan unconscious
|
d.
Tujuan
Teori Psikoanalisis
Tujuan
utama konseling dalam pola piker Psikoanalisis adalah membuat kesadaran
(conscious) hal – hal yang tidak disadari (unconscious) konseli. Sedangkan tujuan
khususnya adalah membentuk kembali struktur kepribadian individu melalui
pengungkapan hal – hal yang tidak disadari. Proses konseling dititikberatkan
pada usaha konselor agar klien dapat menghayati, memahami dan mengenal
pengalaman – pengalaman masa kecilnya di mana pengalaman tersebut ditata,
didiskusikan, dianalisis, dan ditafsirkan dengan tujuan agar kepribadian klien
dapat direkonstruksikan.
e.
Peran
dan fungsi konselor dalam pelaksanaan Teori Psikoanalisis
Dalam melakukan praktek Psikoanalisis, seorang konselor akan
bersikap anonym, artinya konselor berusaha tidak dikenal klien dan bertindak
sedikit sekali dalam memperlihatkan perasaan dan pengalamannya. Tujuannya
adalah agar klien mudah memantulkan perasaannya kepada konselor.
Hal yang penting dalam proses konseling adalah memberikan
perhatian terhadap keadaan resitensi klien yaitu suatu keadaan dimana klien
melindungi dirinya agar perasaan trauma, dan kegagalan tidak diketahui oleh
konselor.
f.
Teknik
– Teknik
Beberapa teknik – teknik konseling dalam teori Psikoanalisis
adalah untuk membuka alam ketidaksadarannya,diantaranya :
(1) Teknik analisis Kepribadian (Case
Histories)
Pendekatan Dinamika penyembuhan
gangguan kepribadian dilakukan dengan melihat dinamika dari dorongan primitive
(libido) terhadap Ego dan bagaimana Superego menahan dorongan tersebut.
(2) Asosiasi Bebas
Adalah teknik yang member
kebebasan pada klien untuk mengatakan apa saja perasaan, pemikiran dan renungan
yang ada dalam pikiran klien tanpa memandang baik buruknya atau logis tidaknya
sehingga klien dapat terbuka dalam mengungkapkan apa yang ada dalam pikirannya
(3) Analisis mimpi
Yaitu teknik untuk membuka hal –
hal yang tidak disadari dan member kesempatan pada klien untuk masalah –
masalah yang belum terpecahkan
(4) Analisis resistensi
Ditujukan untuk menyadari klien
terhadap alas an – alas an terjadinya resitensinya. Konselor meminta perhatian
klien untuk menafsirkan resistensinya
(5) Analisis transferensi
Teknik ini akan mendorong klien
menghidupkan kembali masa lalunya sehingga member pemahaman pada klien mengenai
pengaruh masa lalunya terhadap kehidupannya saat ini.
(6) Interpretasi
Interpretasi merupakan
pengembangan dari teknik asosiasi beba. Pada saat melakukan interpretasi,
konselor membantu konseli memahami peristiwa masa lalu dan sekarang.
B. Teori
Analisis Transaksional
a)
Pengertian
Analisis Transaksional
Teori
Analisis Tansaksional (transactional analysis)
merupakan teori yang dapat digunakan pada seting individual maupun
kelompok.Teori ini melibatkan kontrak yang dikembangkan oleh konseli yang
dengan jelas menyebuttkan tujuan dan arah dari proses terapi. Selain itu juga
memfokuskan pada pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh konseli
untuk menekankan pada kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru. Analisis
transaksional menekankan pada aspek kognitif, rasional dan tingkah laku dari
kepribadian.
Dengan
demikian, analisis transaksional adalah metode yang digunakan untuk mempelajari
interaksi antar individu dan pengaruh yang bersifat timbale balik yang
merupakan gambaran kepribadian seseorang.
b)
Sejarah
Analisis transaksional
Pendekatan analisis transaksional
dikembangkan oleh Eric Berne (1910-!970) yang menyelesaikan spesialisasi
psikiatri di Yale University. Ketika mengabdi di Tentara Amerika Serikat selama
tahun 1943-1946, ia mulai bereksperimen tentang terapi kelompok. Setelah itu,
ia memulai praktik psikiatri di Carmel, Calfornia. Berdasarkan hasil
observasinya terhdap konseli – konseli, Berne mebuat kesimpulan tentang
struktur dan fungsi kepribadian yang bertentangan dengan sebagian besar
psikiatris pada pertengahan tahun 1950-an.
c)
Konsep
Dasar Analisis Transaksional
Teori Analisis Transaksional
memiliki asumsi dasar bahwa perilaku komunikasi seseorang dipengaruhi oleh ego
state yang dipilihnya, setiap tindakan komunikasi dipandang sebagai sebuah
transaksi yang di dalamnya turut melibatkan ego state serta sebagai hasil
pengalaman dari masa kecil, setiap orang cenderung memilih salah satu dari
empat kemungkinan posisisi hidup.
Teori ini memfokuskan pada
pengambilan keputusan di awal yang dilakukan oleh klien dan menekankan pada
kapasitas konseli untuk membuat keputusan baru, menekankan pada aspek kognitif,
rasional dan tingkah laku dari kepribadian, dan berorientasi pada meningkatnya
kesadaran sehingga konseli dapat membuat keputusan baru dan mengganti arah
hidupnya.
d)
Tujuan
Konseling
Tujuan utama konseling Analisis Transaksional adalah membantu
konseli untuk membuat keputusan baru tentang tingkah lakusekarang dan arah
hidupnya. Individu memperoleh kesadaran tentang bagaimana kebebasannya
terkekang karena keputusan awal tentang posisi hidup, dan belajar untuk
menentukan arah hidup yang lebih baik.
Tujuan khususnya adalah :
o Konselor membantu konseli untuk
memprogram pribadinya agar membuat ego state berfungsi pada saat yang tepat
o Konseli dibantu untuk menganalisis
transaksi dirinya sendiri
o Konseli dibantu untuk menjadi
bebas dalam berbuat, bermain menjadi orang yang mandiri dalam memilih apa yang
diinginkan
o Konseli dibantu untuk mengkaji
keputusan salah yang dibuat dan membuat keputusan baru atas dasar kesadaran
e)
Peran
dan fungsi konselor
Menurut Harris (1967) peran konselor adalah sebagai guru, pelatih
dan penyelamatdengan terlibat secara penuh dengan konseli (p.239 dalam Corey,
1986,p.159).Konselor juga membantu konseli menemukan kondisi – kondisi yang
tidak menguntungkan di masa lalu dan mengeembangkan strategi untuk mengatasinya (Corey,1986,p.159)
Konselor membantu konseli menemukan kekuatan internalnya untuk
berubah dengan membuat keputusan yang sesuai sekarang (Goouling dan Goulding,1978
dalam Corey,1986,p.159)
f)
Teknik
– Teknik Konseling
Teknik – teknik konseling analisis transaksional banyak
menggunakan teknik – teknik pendekatan Gestalt.
1)
Metode
Didaktik (Didactic Methods)
Karena analisis transaksional menekankan pada domain kognitif,
prosedur mengajar dan belajar merupakan dasar dari teori ini
2)
Kursi
Kosong (Empty Chair)
Teknik ini merupakan adopsi dari teori Gestalt. Teknik ini
biasanya digunakan untuk structural analysis. McNeel (1976) mendeskripsikan
bahwa teknik yang menggunakan dua kursi ini merupakan cara yang efektif untuk
membantu konseli mengatasi konflik masa lalu dengan orang tua atau orang lain
pada masa kecil. Tujuan teknik ini adalah untuk menyelesaikan unfinished
business masa lalu (Corey,1986,p.164).
3)
Bermain
peran (Role Playing)
Bermain peran ( role play ) biasanya digunakan dalam konseling
kelompok dimana melibatkan orang lain. Anggota kelompok lain dapat berperan
sebagai ego state yang bermasalah dengan konseli. Dalam kegiatan ini konseli
berlatih dengan anggota kelompok untuk beringkah laku sesuai dengan apa yang
akan di uji coba di dunia nyata.
4)
Penokohan
Keluarga ( Family Modeling )
Family modeling adalah teori untuk melakukan structural analysis,
yang pada umumnya berguna untuk menghadapi constant parent, constant adult atau
constant child.
5)
Analisis
Ritual dan Waktu Luang ( Analysis of Rituals and Pastime )
Analisis transaksi termasuk di dalamnya adalah identifikasi ritual
dan mengisi wakyu luang (pastime) yang digunakan dalam structuring of time.
C. Teori
Behavioral
a.
Pengertian
Behavioral
Behaviorisme adalah aliran dalam
psikologi yang didirikan oleh John B. Watson pada tahun 1913 dan digerakkan
oleh Burrhus Frederic Skinner. Sama halnya dengan psikoanalisa, behaviorisme
juga merupakan aliran yang revosilusioner, kuat dan berpengaruh, serta memiliki
akar sejarah yang cukup dalam. Sejumlah filsuf dan ilmuwan sebelum Watson dalam
satu dan lain bentuk telah mengajukan gagasan – gagasan megenai penekatan objektif dalam mempelajari
manusia berdasarkan pandangan yang mekanistik dan materialistis, suatu
pendekatan yang menjadi cirri utama dari behaviorisme.
Behaviorisme memandang bahwa
ketika dilahirkan, manusia pada dasrnya tidak memiliki bakat apa- apa. Manusia
akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterimanya dari lingkungan
sekitarnya.
b.
Sejarah
Behavioral
Perkembangan Behavioral diawali
tahun 1950-an dan awal 1960-an sebagai awal radikal perspektif psikoanalisis
yang dominan. Teori ini memiliki perjalanan panjang mulai dari penelitian
laboratorium terhadap binatang hingga eksperimen terhadap manusia. Secara garis
besar, sejarah perkembangan behavioral terdiri dari tiga trend utama, yaitu :
-
Trend
I : Clasical Conditioning → Tokohnya
: Ivan Petrovich Pavlov
-
Trend
II : Operant Conditioning → Tokohnya :
B. F. Skinner
-
Trend
III : Kognitif → Tokohnya : Albert
Bandura
c.
Konsep
Dasar Behavioral
Salah satu studi yang paling
perkembangan pendekatan behavioral adalah studi yang dilakukan oleh Watson dan
Rayner (1920) yang menggunakan anak sebagai subyek tentang rasa takut yang
dipelajari (conditioned).
Teori behavioral didasari oleh
pandangan ilmiah tentang tingkah laku manusia yaitu pendekatan yang sistematik
dan terstruktur dalam konseling.
Konseling behavioral dikenal juga
dengan modifikasi perilaku yang dapat diartikan sebagai tindakan yang bertujuan
untuk mengubah perilaku.
d.
Tujuan
Konseling Behavioral
Menurut Corey (2003: 202 ) menyatakan bahwa tujuan umum terapi tingkah
laku adalah menciptakan kondisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar
alasannya adalah segenap tingkah laku adalah dipelajari (learned). Secara umum
tujuan konseling behavioral adalah :
1.
Menciptakan
kondisi baru pembelajar
2.
Menghapus
tingkah laku non adaktif untuk digantikan perilaku yang adaptif
3.
Meningkatkan
personality choice
e.
Peran
dan fungsi konselor
Peran konselor dalam konseling
behavioral adalah berperan aktif, direktif dan menggunakan pengetahuan ilmiah
untuk menemukan solusi dari persoalan individu. Konselor behavioral berfungsi
sebagai guru, pengarah dan para ahli yang mendiagnosa tingkah laku yang maladaptive dan menentukn prosedur yang
mengatasi persoalan tingkah laku individu.
f.
Teknik
– Teknik Konseling
Lesmana (2005) membagi teknik
terapi behavioristik dalam dua bagian yaitu :
1.
Teknik
– teknik Tingkah Laku Umum
-
Skedul
penguatan adalah suatu teknik pemberian penguatan pada klien ketika tingkah
laku baru selesai dipelajari dimunculkan oleh klien. Misalnya : klien yang
mengalami kesulitan membaca akan diberikan pujian secara terus – menerus bila
berhasil membaca. Tetapi setelah ia dapat membaca, pemberian pujian harus
dikurangi
-
Shaping
adalah teknik terapi yang dilakukan dengan mempelajari tingkah laku baru secara
bertahap. Konselor dapat membagi – bagi tingkah laku yang ingin dicapai dalam
beberapa unit, kemudian mempelajarinya dalam unit – unit kecil.
-
Ekstingsi
adalah teknik terapi berupa penghapusan penguatan agar tingkah laku maladaptive
tidak berulang. Ini didasarkan pada pandangan bahwa individu tidak akan
bersedia melakukan sesuatu apabila tidak mendapatkan keuntungan.
2.
Teknik
– teknik Spesifik
-
Desensitiasi
sistematik adalah teknik yang paling sering digunakan. Teknik ini diarahkan
kepada klien untuk menampilkan respon yang tidak konsisten dengan kecemasan.
Desensitiasi sistematik melibatkan teknik relaksasi di mana klien diminta untuk
meggambarkan situasi yang paling menimbulkan kecemasan sampai titik dimana
klien tidak merasa cemas.
-
Pelatihan
asetivitas adalah teknik yang mengajarkan klien untuk membedakan tingkah laku
agresif, pasif dan asertif. Teknik ini dapat membantu klien yang mengalami kesulitan
untuk menyatakan atau menegaskan diri di hadapan orang lain.
-
Time
Out merupakan teknik averszif yang sangat ringan. Apabila tingkah laku yang
tidak diharapkan muncul, maka klien akan dipisahkan dari penguatan positif.
Time out akan lebih efektif bila dilakykan dalam waktu singkat.
-
Implosion
dan flooding. Teknik implosion mengarahkan klien untuk membayangkan situasi
stimulus yang mengancam secara berulang
– ulang. Sementara flooding , menurut Corey (2009) merupakan teknik dimana
terjadi pemunculan stimulus yang menghasilkan kecemasan secara berulang – ulang
tanpa pemberian penguatan.
D. Teori
Rational-Emotive Behavior Therapy
a.
Pengertian
Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Teori Rational-Emotive Behaviot
Therapy (REBT) adalah teori behavior kognitif yang menekankan pada keterkaitan
anatara perasaan, tingkah laku dan pikiran. Teori Rational-Emotive Behaviot
Therapy (REBT) dikembangkan oleh Albert Ellis melalui beberapa tahapan.
Pandangan dasar teori ini tentang manusia adalah bahwa individu memiliki
tendensi untuk berpikir irasional yang salah satunya didapat melalui belajar
social. Disamping itu, individu juga memiliki kapasitas untuk belajar kembali
untuk berpikir rasional. Pendekatan ini bertujuan untuk mengajak individu untuk
mengubah pikiran – pikiran irasionalnya ke pikiran yang rasional melalui teori
GABCDE.
b.
Sejarah
Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
Pada awalnya teori ini disebut
Rational Therapy (RT), kemudian Ellis mengubahnya menjadi Rational-Emotive
(RET) pada tahun 1961. Pada tahun 1993, dalam Newsletter yang dikeluarkan oleh
the Institute for Rational Emotive Therapy, Ellis mengumumkan bahwa ia
mengganti nama Rational Emotive Therapy menjadi Rational-Emotive Behaviot
Therapy (REBT).
Menurut Ellis, rasionalitas
individu bergantung pada penilaian individu berdasarkan keinginan atau
pilihannya atau berdasarkan emosi dan perasaannya. Ellis memperkenalkan kata
behavior (tingkah laku) pada teori Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT)
dengan alas an bahwa tingkah laku sangat terkait dengan emosi dan perasaan.
c.
Konsep
Dasar
-
Asumsi
Dasar
Ellis
mengatakan bahwa beberapa asumsi dasar REBT yang dapat dikategorisasiakn pada
beberapa postulat, antara lain :
o
Pikiran,
perasaan dan tingkah laku secara berkesinambungan saling berinteraksi dan
mempengaruhi satu sama lain
o
Gangguan
emosional disebabkan oleh factor biologi dan lingkungan
o
Manusia
dipengaruhi oleh orang lain dan lingkungan sekitar dan individu juga secara
sengaja mempengaruhi orang lain disekitarnya
o
Manusia
menyakiti diri sendiri secara kognitifemosional dan tingkah laku. Individu
sering berpikir yang menyakiti diri sendiri dan orang lain
o
Ketika
hal yang tidak menyenangkan terjadi, individu cenderung menciptakan keyakinan
yang irasional tentang kejadian tersebut
o
Kejadian
irasional menjadi penyebab gangguan kepribadian individu
o
Sebagian
beasr manusia memiliki kecenderungan yang besar untuk membuat dan
mempertahankan gangguan emosionalnya
o
Ketika
individu bertingkah laku yang menyakiti diri sendiri
-
Proses
Berpikir
Ellis
berpendapat bahwa yang menjadi sumber terjadinya masalah – masalah emosional
adalah evaluative belief yang dikenal dalam istilah Rational-Emotive Behaviot
Therapy (REBT) adalah irrational belief yang dapat dikategorikan menjadi empat
yaitu :
o
Demands
( tuntutan )
o
Awfulising
o
Low
frustration tolerance (LFT)
o
Global
evaluation of human worth
-
Teori
ABC
Teori
ABC adalah teori tentang kepribadian individu dari sudut pandang teori
Rational-Emotive Behaviot Therapy (REBT), kemudian ditambahkan D dan E untuk
mengakomodsi perubahan dan hasil yang diinginkan tersebut. Selanjutnya
ditambahkan G yang diletakkan di awal untuk memberikan konteks pada kepribadian
individu :
G :
|
(goals)
atau tujuan – tujuan, yaitu tujuan fundamental
|
A :
|
(activating
events in a person’s life) atau kejadian yang mengaktifkan atau mengakibatkan
individu
|
B :
|
(beliefs)
atau keyakinan baik rasional maupun irasional
|
C :
|
(consequences)
atau konsekuensi baik emosional maupun tingkah laku
|
D :
|
(disputing
irrational belief) atau melakukan dispute pikiran irasional
|
E :
|
(effective
new philosophy of life) atau mengembangkan filosofi hidup yang efektif
|
F :
|
(further
action/new feeling) atau aksi yang akan dilakukan lebih lanjut dan perasaan
baru yang dikembangkan
|
Contoh episode emosional yang
cenderung salah menginterpretasikan kejadian dan mengakibatkan masalah
A1
|
Activating event – apa yang terjadi
“Saya bertemu teman dijalan, tetapi ia tidak menyapa saya”
|
A2
|
Inferences about what happene
“Dia mengacuhkan saya, dia membenci saya”
|
B
|
Belief about A
“Saya tidak berharga sebagai teman, maka saya adalah orang yang
tidak berharga”
|
C
|
Reaksi:
Emosi : depresi
Tingkah laku : menghindari orang – orang (Froggatt,2005,p.1)
|
d.
Tujuan
Konseling
Tujuan
utama konseling dengan teori Rational-Emotive Behvior Therapy (REBT) adalah
membantu individu menyadari bahwa mereka dapat hidup dengan lebih rasional dan
lebih produktif. Rational Emotive Behavior Therapy (REBT) mengajarkan individu
untuk mengoreksi kesalahan untuk mereduksi emosi yang tidak diharapkan serta
mengubah kebiasaan berpikir dan tingkah laku yang merusak diri.
e.
Peran
dan Fungsi Konselor
Peran konselor dalam pendekatan Rational Emotive Behavior Therapy
(REBT) adalah :
-
Aktif
– direktif, yaitu mengambil peran lebih banyak untuk memberikan penjelasan
terutama pada awal konseling
-
Mengkonfrontasi
pikiran irasional konseli secara langsung
-
Menggunakan
berbagai teknik untuk menstimulus konseli untuk berpikir dan mendidik kembali
diri konseli sendiri
-
Secara
terus menerus ‘menyerang” pemikiran irasional konseli
-
Mengjak
konseli untuk mengatasi masalahnya dengan kekuatan berpikir bukan emosi
-
Bersifat
didaktif
f.
Teknik
– Teknik Konseling
Teknik konseling dengan pendekatan Rational-Emotive Behavior
Therapy (REBT) dapat dikategorikan menjadi tiga kelompok, yaitu :
o Teknik kognitif
Adalah usaha untuk mengubah
keyakinan irasional konseli melalui philosophical persuation, didactic
presentation, Socratic dialoge, vicarious experiences, dan ekspresi verbal
lainnya.
o Teknik imageri
Strategi imaginal disputation
melibatkan penggunaan imageri.setelah melakukan dispute secara verbal, konselor
meminta konseli membayangkan dirinya kembali pada situasi yang menjadi masalah
dan melihat apakah emosinya telah berbuat.
o Teknik Behavioral
Behavioral dispute atau risk
taking, yaitu member kesempatan kepada konseli untuk mengalami kejadian yang
menyebabkannya berpikir irasional dan melawan keyakinan tersebut
E. Teori
Realitas
a.
Pengertian
Teori Ralitas
Teori realitas dikembangkan oleh William
Glasser, seorang psikolog dari California. Ciri yang sangat khas dari teori ini
adalah tidak terpaku pada kejadian – kejadian masa lalu, tetapi mendorong
konseli untuk menghadapi realitas. Teori ini juga tidak member perhatian pada
motif – motif bawah sadar sebagaimana pandangan kaum psikoanalisis. Akan tetai,
lebbih menekankan pada pengubahan tingkah laku yang lebih bertanggung jawab
dengan merencanakan dan melakukan tindakan – tindakan tersebut.
b.
Sejarah
Teori Realitas
Glasser menggunakan istilah reality
therapy pada Aprl 1964 pada manuskrip yang berjudul Reality Therapy : A
Realistic Approach the Young Offender.Tulisan tersebut diterbitkan pada tahun
1965 dengan judul Rality Therapy. Pada tahun 1968 Glasser mendirikan the
Institute for Reality Therapy di Los Angeles.
c.
Konsep
dasar Teori Realitas
Padadasarnya setiap individu terdorong untuk memenuhi kebutuhan
dan keinginannya, di mana kebutuhan bersifat universal pada semua individu,
sementara keinginan bersifat unik bagi setiap individu.
Ketika seseorang berhasil memenuhi kebutuhannya, menurut Glasser
orang tersebut mencapai identitas sukses. Pencapaian identitas sukses ini
terkait pada konsep 3R, yaitu keadaan di mana individu dapat menerima kondisi
yang dihadapinya. Konsep tersebut adalah responsibility (tanggungjawab), Reality (kenyataan), Right (kebenaran).
d.
Tujuan
Konseling
Layanan Konseling ini bertujuan
untuk membantu konseli mencapai identitas berhasil. Konseli yang mengetahui
identitasnya, akan mengetahui langkah – langkah apa yang akan ia lakukan di
masa yang kan dating dengan segala konsekuensinya. Bersama – sama konselor,
konseli dihadapkan kembali pada kenyataan hidup, sehingga dapat memahami dan
mampu menhadapi realitas.
e.
Peran
dan fungsi Konselor
Fungsi konselor dalam pendekatan realitas adalah melibatkan diri
dengan konseli, bersikap direktif dan didaktik, yaitu berperan seperti guru
yang mengarahkan dan dapat saja mengkonfrontasi, sehingga konseli mampu
menghadapi kenyataan. Di sini, terapis sebagai fasilitator yang membantu
konseli agar bisa menilai tingkah lakunya sendiri secara realistis.
f.
Teknik
– Teknik Realitas
Adapun focus utama teknik realitas
adalah mengembangkan kekuatan potensi klien untuk mencapai keberhasilannya
dalam hidup. Menurut corey (2009), teknik – teknik yang dapat dilakukan berupa
:
§ Terlibat dalam permainan peran
dengan klien
§ Menggunakan humor
§ Memfrontasikan klien dan menolak
alas an apapun dari klien
§ Membantu klien merumuskan rencana
tindakan secara spesifik
§ Bertindak sebagai guru/model
§ Memasang batas – batas dan menyusun
situasi terapi
§ Menggunakan terapi kejutan verbal
atau sarkasme yang layak untuk mengonfrontasikan klien dengan tingkah lakunya
yang tidak realistis
§ Melibatkan diri dengan klien untuk
mencari kehidupan yang lebih efektif
F. Teori
Eksistensial-Humanistik
a.
Pengertian
Eksitensial-Humanistik
Teori Eksistensial-Humanistik pada hakikatnya mempercayai bahwa individu memiliki potensi untuk secara
aktif memilih dan membuat keputusan bagi dirinya sendiri dan lingkungannya.
Teori ini sangat menekankan tentang kebebasan yang bertanggung jawab. Jadi,
individu diberikan kebebasan seluas – luasnya dalam melakukan tindakan, tetapi
harus berani bertanggung jawab sekalipun menanggung resioko bagi dirinya.
b.
Sejarah
Eksistensial-Humanistik
Istilah eksistensialisme pertama kali digunakan oleh ahli filsafat
Jerman yaitu Martin Heidegger (1976). Akar metodologi eksistensialisme ini
berasal dari fenomenologi yang dikembangkan oleh Edmund Husserl (1859-1938).
Kierkegaard seorang pemikir Denmark merupakan filsuf Eksistensialisme yang
terkenal abad 19 berpendapat bahwa manusia dapat menemukan arti hidup yang
sesungguhnyajika ia menghubungkan dirinya sendiridengan sesuatu yang tidak
terbatas dan merenungkan hidupnya untuk melakukan hal tersebut, walaupun
dirinya memiliki keterbatasan untuk melakukan itu.*
c.
Konsep
dasar Eksistensial-Humanistik
Pandangan eksistensial akan sifat manuisa ini sebagian dikontrol
oleh pendapat bahwa signifikan dari keberadaan kita ini tidak pernah tetap,
melainkan kita secara terus-menerusmengubah diri sendiri melalui proyek –proyek
kita. Manusia adalah makhluk yang selalu dalam keadaan transisi, berkembang
membentuk diridan menjadi sesuatu. Menjadi seseorang berarti pula bahwa kita
menemukan sesuatu dan menjadikan keberadaan kita sebagai sesuatu yang wajar.*
d.
Tujuan
Eksistensial-Humanistik
§
Menyajikan
kondisi – kondisi untuk memaksimalkan kesadaran diri dan pertumbuhan
§
Menghpus
penghambat – penghaambat aktualisasi potensi pribadi. Membantu klien menemukan
dan menggunakan kebebasan memilih dan memperluas kesadaran diri
§
Membantu
klien agar bebas dan bertanggungjawab atas arah kehidupan sendiri**
e.
Peran
dan Fungsi Konselor
Menurut Buhler dan Allen (dikutip
dari Corey,2009), seorang ahli psikologi humanistis harus memiliki orientasi
bersama yang mencakup hal – hal berikut :
-
Menyadari
pentingnya pendekatan dari pribadi ke pribadi
-
Menyadari
peran dan tanggung jawab konselor
-
Mengakui
adanya hubungan timbal balik dalam hubungan konseling
-
Konselor
harus terlibat sebagai pribadi yang menyeluruh dengan klien
-
Mengakui
bahwa keputusan dan pilihan akhir terletak ditangan klien
-
Memandang
konselor sebagai model yang dapat menunjukkan pada klien potensi bagi tindakan
yang kreatif dan positif
-
Memberi
kebebasan pada klien serta meningkatkan kebebasan klien
f.
Teknik
– Teknik Konseling
Tekinik – teknik yang digunakan dalam konseling
Eksistensial-Humanistik, yaitu :
-
Penerimaan
-
Rasa
hormat
-
Memahami
-
Menentramkan
-
Member
dorongan
-
Pertanyaan
terbatas
-
Memantulkan
pernyataan dan perasaan klien
-
Menunjukkan
sikap yang mencerminkan ikut merasakan apa yang dirasakan klien
-
Bersikap
mengijinkan untuk apa saja yang bermakna. *
G. Teori
Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)
a.
Pengertian
Teori Berpusat pada klien ( Client-Centered)
Client-Centered Therapy sering
juga sering disebut psikoterapi non directive yaitu suatu meode perwatan psikis
yang dilakukan dengan cara berdialog antara konselor dengan klien, agar
tercapai gambaran yang serasi antara ideal self (diri klien yang ideal) dengan
acual self (diri klien sesuai kenyataan yang sebenarnya)**
b.
Sejarah
Teori Terapi Berpusat pada Klien (Client-Centered)
Teori person-centered dikembangkan
oleh Dr. Carl Rogers (1902-1987) pada tahun 1940-an. Pada awal perkembangannya
Carl roger menamakan non-directive counseling sebagai reaksi kontra terhadap
teori psikoanalisis yang bersifat direktif tradisional.
Karena luasnya area aplikasi dan
pengaruh teori ini terutama pada isu – isu kekuasaan dan politik, yaitu tentang
bagaimana manusia mendapatkan, memiliki, membagi atau menyerahkan kekuasan dan
control atas orang lain dan atas dirinya, makateori ini lebih dikenal sebagai
teori yang berpusat pada manusia atau klien (Client-Centered)
c.
Konsep
Dasar
Teori person-centered dibangun
atas dua hipotesis dasar, yaitu :
(1)
Setiap
orang memiliki kapasitas untuk memahami keadaan yang menyebabkan
ketidakbahagiaan dan mengatur kembali kehidupannya menjadi lebih baik
(2)
Kemampuan
seseorang untuk menghadapi keadaan ini dapat terjadi dan ditingkatkan jika
konselor menciptakan kehangatan, penerimaan, dan dapat memahami relasi (proses
konseling) yang sedang dibangun
d.
Tujuan
Konseling
Konseling person centered
bertujuan membantu konseli menemukan konsep dirinya yang lebih positif lewat
komunikasi konseling, di mana konselor mendudukkan konseli sebagai orang yang
berharga, orang yang penting, dan orang yang memiliki potensi positif dengan
penerimaan tanpa syarat, yaitu menerima konseli apa adanya.
e.
Peran
dan Fungsi Konselor
Kemampuan konselor dalam membangun
hubungan interpersonal dalam proses komunikasi konseling merupakan elemen kunci
keberhasilan konseling. Dalam proses konseling, konselor berperan
mempertahankan tiga kondisi inti yang menghadirkan iklim kondusif untuk
mendorong terjadinya perubahan terapeutik dan perkembangan konseli.
f.
Teknik
– Teknik Konseling
Corey (1995) mengatakan bahwa
konselor harus memperlihatkan berbagai keterampilan interpersoanal yang
dibutuhkan dalam proses konseling. Keterampilan – keterampilan tersebut antara
lain :
(1) Mendengar Aktif
(2) Mengulang kembali (Restating/Paraphrasing)
(3) Memperjelas (Clarifyng)
(4) Menyimpulkan (Summarizing)
(5) Bertanya (Questioning)
(6) Menginterpretasi (Interpreting)
(7) Mengkonfrontasi (Confronting)
(8) Merefleksikan Perasaan (Reflecting Feeling)
(9) Memberikan dukungan (Supporting)
(10) Berempati (Empathizing)
(11) Menfasilitasi (Fcilitating)
(12) Memulai (Initiating)
(13) Menentukan Tujuan (Setting Goals)
(14) Mengevaluasi (Evaluating)
(15) Memberikan umpan balik (giving feedback)
(16) Menjaga (protecting)
(17) Mendekatkan diri (Disclosing Self)
(18) Mencontoh Model (Modeling)
(19) Mengakhiri (Terminating)
H.
Teori
Gestalt
a.
Pengertian
Teori gestalt
Teori gestalt adalah terapi
eksistensial yang berlandaskan premis, bahwa individu harus menemukan caranya
sendiri dalam hidup dan menerima tanggung jawab pribadi jika individu ingin
mencapai kedewasaan. Teori ini disebut juga experiental, di mana konseli
merasakan apa yang mereka rasakan, pikirkan dan lakukan pada saat konseli
berinteraksi dengan orang lain.
b.
Sejarah
Teori Gestalt
Sejarah pendekatan gestalt diawali sejak tahun 1926 ketika perls
mendapatkan gelar Medical Doctor (M.D.) pergi ke Frankfurt-am-Main dan menjadi
assistant Kurt Goldstein di the
Institute for Brain Damaged Soldiers. Disinilah Perls bekerja sama dengan Prof.
Goldstein dan Adhemar Gelb.
Walaupun pada
awalnya Perls adalah seorang psikoanalisis, ia mengkritik teori psikoanalisis
Freud. Pertama, teori psikoanalisis bersifat mekanistik sedangkan Gestalt
melihat manusia secara holostik.
c.
Konsep
Dasar Pendekatan Gestalt
Sasaran utama Gestalt adalah
pencapaian kesadaran. Menurut buku M.A Subandi, kesadaran meliputi :
-
Kesadaran
akan efektif apabila didasarkan pada dan disemangati oleh kebutuhan yang ada
pada saat ini yang dirasakan oleh individu
-
Kesadaran
tidak komplit tanpa pengertian langsung tentang kenyataan suatu situasi dan
bagaimana seseorang berada di dalam situasi tersebut
-
Kesadaran
selalu ada di sini dan saat ini.
d.
Tujuan
Konseling
Tujuan Konseling gestalt adalah
menciptakan eksperimen dengan konseli untuk membantu konseli ;
·
Mencapai
kesadaran atas apa yang mereka lakukan dan bagaimana mereka melakukannya. Kesadaran
itu termasuk di dalamnya, insight, penerimaan diri, pengetahuan tentang
lingkungan, tanggung jawab terhadap pilihannya
·
Kemampuan
untuk melakukan kontak dengan orang lain
·
Memiliki
kemampuan mengenali, menerima dan mengekspresikan perasaan, pikiran dan
keyakinan dirinya.
e.
Peran
dan Fungsi Konselor
Dalam proses konseling Gestalt,
konselor memiliki peran dan fungsi yang unik, yaitu :
·
Konselor
memfouskan pada perasaan, kesadaran, bahasa tubuh, hambatan energy, dan
hambatan untuk mencapai kesadaran yang ada pada konseli
·
Konselor
adalah artistic participant yang memiliki peranan dalam menciptakan hidup baru
konseli
·
Konselor
berperan sebagai projection screen
·
Konselor
harus dapat membaca dan menginterpretasi bentuk – bentuk bahasa yang
dilontarkan konseli
f.
Teknik
– Teknik Konseling
Terdapat beberapa teknik – teknik
yang dapat dilakukan adlah sebagai berikut ;
·
Kursi
Kosong (Empty Chair)
·
Topdog
versus Underdog
·
Membuat
serial (Making the rounds)
·
Saya
bertanggung jawab atas…
·
Bermain
Proyeksi (Playing Projection)
·
Pembalikan
(reversal Technique)
·
Latihan
Gladiresik (The Rehearsal Experiment)
·
Latihan
Melebih – lebihkan (the Exaggeration Experiment)
·
Tetap
pada Perasaan (staying with feeling)
·
Bahasa
“saya”
I.
Teori
Elektik
a.
Pengertian
Teori Elektik
Teori elektik juga dikenal sebagai
konseling integratif. Hal ini tentu saja disebabkan karena orientasi teori
elektik adalah penggabungan teori – teori konseling dengan mempertimbangkan
kelebihan dan kekurangan pada masing – masing teori – teori tersebut.
Menurut Latipun (2001), teori
elektik adalah suatu teori yang berusaha menyelidiki berbagai system metode dan
teori dengan tujuan untuk memahami dan menerapkannya dalam situasi konseling.
b.
Sejarah
Teori elektik
Teori Elektik untuk pertama
kalinya diperkenlkan oleh F.C. Thorne pada tahun 1940-an. Ketika itu Thorne
menyumbangkan pemikirannya dengan menyelidiki semua metode konseling dan
mengevaluasinya. Teori Elektik terus mengalami kemajuan bahkan setelah Thorne
meninggal dunia 1978. Kemajuan elektik terlihat jelas ketika pada tahun 1970
lebih dari 50% anggota APA menggunakan teori elekti untuk menangani
permasalahan kliennya (Latipun,2001). Di Indonesia sendiri, teori elektik
menjadi pilihan utama yang diterapkan oleh konselor untuk membantu klien
menangani masalah.
c.
Konsep
Dasar
Elektik memandang kepribadian
manusia sebagai bagian yang terintegrasi, bersifat psikologis, mengalami
perubahan yang dinamis., aspek perkembangan yang dipengaruhi factor social
budaya. Individu dipandang sebagai organisme yang mengalami integritas atau
berada dalam perkembangan secara terus menerus.
Thorne (dikutip dari Latipun,2001)
menyatakan bahwa tingkah laku manusia selau mengalami perubahan. Hal ini
dinamakannya sebagai “hukum perubahan universal” di mana tingkah laku merupakan
hasil dari :
·
Status
organism namun tidak sstatis
·
Status
situasi dalam perubahan lingkungan interpersonal
·
Situasi
atau kondisi umum
d.
Peran
dan Fungsi Konselor
Beberapa literature hanya
menyebutkan bahwa peran dan fungsi konselor harus mengikuti peran dan fungsi
konselor sesuai dengan konsep teori yang digunakannya dalam menangani kasus
klien. Konselor dapat berperan secara bervariasi, seperti : konselor,
psikiater,guru, kkonsultan, fasilitator, dan advisor.
e.
Tujuan
Konseling
Sesuai dengan pemenuhan dasar yang
ingin dicapai oleh individu, maka tujuan pendekatan elektik adalah membantu
klien mengembangkan integritasnya pada level tertinggi. Hal ini dapat dilihat
dari sejauh mana klien dapat mengaktualisasikan diri sekaligus memperoleh
integritas.
f.
Tahapan
– tahapaan elektik
Tahapan yang di bawah ini adalah
model tahapan konseling sistematik yang dirancang oleh Carkhuff (dikutip dari
Latipun, 2001) yang dibagi dalam enam tahapan, yaitu :
1.
Tahap
eksplorasi Masalah
2.
Tahap
perumusan Masalah
3.
Tahap
Perncanaan
4.
Tahap
Tindakan/Komitmen
5.
Tahap
Penilaian dan Umpan Balik
BAB III PENUTUP
KESIMPULAN
Berkembangnya teori – teori
Bimbingan konseling serta Psikologi mendorong pengembangan teori – teori
pendekatan klasik, sehingga muncullah berbagai teori konseling. Munculnya teori
– teori dalam konseling dapat berupa pengembangan dari teori yang telah ada,
kritik terhadap teori maupun pengembangan teori.
Berdasarkan pendapat para ahli,
pemahaman tentang teori – teori konseling sangat penting bagi konselor karena
teori – teori konseling memberikan landasan pemahaman tentang proses konseling.
SARAN
(1)
Semoga dengan adanya makalah ini bisa membantu baik itu,
para konselor maupun calon konselor dalam memahami kliennya.
(2)
Mampu membantu konselor dalam melaksanakan tugasnya.
(3)
Seorang konselor dan calon konselor seharusnya memahami
teori-teori dan pendekatan-pendekatan dalam konseling.
(4)
Mudah-mudahan makalah ini bisa membatu para mahasiswa
khususnya program studi bimbingan konseling dalam menambah perbendaharaan
DAFTAR PUSTAKA
Dra. Gantina Komalasari, Eka Wahyuni &
Karsih (2011), Teori dan Teknik Konseling,PT.Indeks Pustaka, Jakarta
Dra.Seriwati Bukit,M.Psi (2014), Studi Kasus
Drs.H.Abu Bakar M.Luddin (2013), Model
Pendekatan Konseling
Dr. Namora Lumongga Lubis, M.Sc. (2011), Memahami
Dasar – Dasar Konseling dalam Teori dan Praktek, Kencana, Medan
Dr. Hamzah B.Uno,M.Pd (2005), Orientasi Baru
dalam Psikologi Pembelajaran,Bumi Aksara,Gorontalo
*sumber : http://himcyoo.wordpress.com/2012/06/07/konseling-eksistensial-humanistik-2/
** sumber :http://adhisusilokons.wordpress.com/2011/05/27/pendekatan-konseling-berpusat-pada-konseli-person-centered/